Jerome
Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dari Universitas Haevard,
Amerika Serikat, yang telah mempelopori aliran psikologi belajar kognitif yang
memberikan dorongan agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya
pengembangan berpikir.
Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan
kognitif manusia, bagaimana manusia belajar atau memperoleh pengetahuan,
menyimpan pengetahuan dan mentransformasikan pengetahuan. Dalam mempelajari
manusia, ia menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir, dan pencipta informasi.
Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil
jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur
yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang
terkait antar konsep-konsep dan struktur-struktur. Dengan mengenal konsep dan
struktur yang tercakup dalam bahan yang sedang dibicarakan, anak akan memahami
materi yang harus dikuasainya itu. Ini menunjukkan bahwa materi yang mempunyai
suatu pola atau struktur tertentu akan lebih mudah dipahami dan diingat anak.
Dalam
bukunya (Bruner, 1960) mengemukakan empat tema pendidikan, yakni: (1)
Pentingnya arti struktur pengetahuan. Kurikulum hendaknya mementingkan struktur
pengetahuan, karena dalam struktur pengetahuan kita menolong para siswa untuk
melihat. (2) Kesiapan (readiness)
untuk belajar. Menurut Bruner (1966:29), kesiapan terdiri atas penguasaan
keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana yang memungkinkan seorang untuk
mencapai keterampilan-keterampilan yang lebih tinggi. (3) Nilai intuisi dalam
proses pendidikan. Intuisi adalah teknik-teknik intelektual untuk sampai pada
formulasi-formulasi tentatif (belum pasti; masih dapat berubah) tanpa melalui
langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itu
merupakan kesimpulan-kesimpulan yang sahih atau tidak, serta (4) motivasi atau
keinginan untuk belajar beserta cara-cara yang dimiliki para guru untuk
merangsang motivasi itu.
Belajar sebagai
Proses Kognitif
Menurut
Bruner dalam belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan.
Ketiga proses tersebut adalah (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi
informasi, dan (3) menguji relevan informasi dan ketepatan pengetahuan. Dalam
belajar informasi baru merupakan penghalusan dari informasi sebelumnya yang
dimiliki seseorang. Dalam transformasi pengetahuan seseorang memperlakukan
pengetahuan agar cocok atau sesuai dengan tugas baru. Jadi, transformasi
menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara ekstrapolasi
(perluasan data di luar data yang tersedia, tetapi tetap mengikuti pola
kecenderungan data yang tersedia itu) atau dengan mengubah menjadi bentuk lain.
Kita menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan dengan minilai apakah cara
kita memperlakukan pengetahuan itu cocok dengan tugas yang ada.
Bruner
menyebut pandangannya tentang belajar atau pertumbuhan kognitif sebagai
konseptualisme instrumental. Pandangan ini berpusat pada dua prinsip, yaitu:
(1) pengetahuan seseorang tentang alam didasarkan pada model-model tentang kenyataan
yang dibangunnya dan (2) model-model semacam itu mula-mula diadopsi dari
kebudayaan seseorang, kemudian model-model itu diadaptasi pada kegunaan bagi
orang yang bersangkutan.
Pendewasaan
pertumbuhan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang menurut Bruner
adalah sebagai berikut.
a.
Pertumbuhan
intelektual ditunjukkan oleh bertambahnya ketidak-tergantungan respons dari
sifat stimulus. Dalam hal ini ada kalanya seorang anak mempertahankan suatu
respons dalam lingkungan stimulus yang berubah-ubah, atau belajar mengubah
responnya dalam lingkungan stimulus yang tidak berubah. Melalui pertumbuhan,
seseorang memperoleh kebebasan dari pengontrolan stimulus melalui proses-proses
perantara yang mengubah stimulus sebelum respons.
b.
Pertumbuhan
intelektual tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi
peristiwa-peristiwa menjdi suatu sistem simpanan (storage system) yang sesuai dengan lingkungan. Sistem inilah yang
memungkinkan peningkatan kemampuan anak untuk bertindak di atas informasi yang
diperoleh pada suatu kesempatan. Ia melakukan ini dengan membuat
ramalan-ramalan, dan ektrapolasi-ekstrapolasi dari model alam yang disimpannya.
c.
Pertumbuhan
intelektual menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk berkata pada
dirinya sendiri atau pada orang lain, dengan pertolongan kata-kata dan simbol-simbol,
apa yang telah dilakukan atau apa yang dilakukan.
Bruner
(1966) mengemukakan bahwa terdapat tiga sistem keterampilan untuk menyatakan
kemampuan-kemampuan secara sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu adalah yang
disebut tiga cara penyajian (modes of
presents), yaitu:
a.
Cara penyajian enaktif
Cara
penyajian enaktif adalah melalui tindakan, anak terlibat secara langsung dalam
memanipulasi (mengotak-atik) objek, sehingga bersifat manipulatif. Anak belajar
sesuatu pengetahuan secara aktif, dengan menggunakan benda-benda konkret atau
situasi nyata. Dengan cara ini anak mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa
menggunakan pikiran atau kata-kata. Cara ini terdiri atas penyajian
kejadian-kejadian yang lampau melalui respon-respon motorik. Dalam cara
penyajian ini anak secara langsung terlihat.
b.
Cara penyajian ikonik
Cara
penyajian ikonik didasarkan pada pikiran internal di mana pengetahuan disajikan
melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik, yang dilakukan anak berhubungan
dengan mental, yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya.
Anak tidak langsung memanipulasi objek seperti yang dilakukan siswa dalam tahap
enaktif. Bahasa menjadi lebih penting sebagai suatu media berpikir.
c.
Cara penyajian simbolik
Cara
penyajian simbolik didasarkan pada sistem berpikir abstrak (tidak berwujud),
arbitrer (sewenang-wenang; manasuka), dan lebih fleksibel. Dalam tahap ini anak
memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu. Anak tidak lagi
terikat dengan objek-objek pada tahap sebelumnya. Siswa pada tahap ini sudah
mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap objek lain.
Menerapkan Metode
Penemuan dalam Pembelajaran
Salah
satu dari model-model instruksional kognitif yang paling berpengaruh adalah
model belajar penemuan Jerome Bruner (1966). Selanjutnya Bruner memberikan
arahan bagaimana peran guru dalam menerapkan belajar penemuan pada siswa,
sebagai berikut.
a.
Merencanakan
materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan
masalah. Guru hendaknya menggunakan sesuatu yang sudah dikenal oleh siswa,
kemudian guru mengemukakan sesuatu yang berlawanan, sehingga terjadi konflik
dengan pengalaman siswa. Akibatnya timbullah masalah, yang akan merangsang
siswa untuk menyelidiki masalah itu, menyusun hipotesis-hipotesis, dan mencoba
menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang mendasari masalah tersebut.
b.
Urutan
pengajaran hendaknya menggunakan cara penyajian enaktif, ikonik, kemudian
simbolik karena perkembangan intelektual siswa diasumsikan mengikuti urutan
enaktif, ikonik, kemudian simbolik.
c.
Pada
saat siswa memcahkan masalah, guru hendaknya berperan sebagai pembimbing atau
tutor. Guru hendaknya tidak mengungkap terlebih dahulu prinsip atau aturan yang
akan dipelajari, guru hendaknya memberikan saran-saran jika diperlukan. Sebagai
tutor, guru sebaiknya memberikan umpan balik pada saat yang tepat untuk
perbaikan siswa.
d.
Dalam
menilai hasil belajar bentuk tes dapat berupa tes objektif atau tes esai,
karena tujuan-tujuan pembelajaran tidak dirumuskan secara mendetail. Tujuan
belajar penemuan adalah mempelajari generalisasi-generalisasi dengan menemukan
sendiri generalisasi-generalisasi itu.