Penerapan kurikulum 2013 secara
menyeluruh pada periode Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies
Baswedan sempat ditunda. Pasalnya, pengganti kurikulum 2006 itu dinilai kerap
mendatangkan masalah bagi sekolah, guru, maupun siswa yang belum siap
menjalankannya.
Anies menilai, seharusnya kurikulum 2013
dijalankan melalui proses, pendadaran ide, desain dan dokumen kurikulum, baru
pada penerapannya.
"Standar bekerja yang harus dimiliki
adalah mendekati nol kesalahan dan mendekati sempurna. Saya ingin proses
perbaikan kurikulum tidak dipandang sebagai satu-satunya cara untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia," kata Anies di Kemdikbud,
Jakarta, Rabu (30/12/2015).
Sebelumnya, kata Anies, ada 6.000 sekolah
yang telah menjalankan kurikulum 2013. Sekolah tersebut kemudian menjadi
rintisan dan model bagi sekolah lainnya untuk menerapkan kurikulum 2013 secara
ideal.
"Sejak Januari sampai Desember 2015
enam persen sekolah menerapkan kurikulum 2013. Jumlah itu akan meningkat pada
tahun ajaran 2016-2017 menjadi 19 persen. Sementara enam persen sekolah yang
sudah melaksanakan kurikulum 2013 kemarin sudah monev. Hasil monitoring harus
dilaporkan," paparnya.
Anies menambahkan, pihaknya menargetkan
buku, silabus, dan dokumen kurikulum 2013 siap pada akhir Januari 2016. (rfa)