Kekurangan
guru biasanya terjadi di sekolah yang berada di daerah-daerah terpencil. Direktur
Pembinaan Guru Pendidikan Menengah Kemendikbud Anas M Adamsatu mengakui
sejumlah daerah kesulitan mengatasi masih kurangnya tenaga guru. Namun Anas
memberikan alternatif yang bisa ditempuh pemerintah daerah.
Salah
satunya adalah dengan menerapkan metode multi grade teaching. Dalam metode ini,
guru tidak hanya mengajar satu mata pelajaran, tetapi minimal bisa mengajar dua
mata pelajaran.
"Dalam metode multi grade teaching, guru yang
memiliki kelebihan jam mengajar karena mengajar lebih dari satu mata pelajaran,
harus mendapatkan tunjangan tambahan dari pemerintah daerah. Namun hal itu
tidak berlaku jika metode multi grade teachingditerapkan untuk memenuhi
kewajiban mengajar 24 jam," beber Anas di Jakarta, Jumat (20/11).
Konsekuensi
dari metode multi grade teaching ini, lanjutnya, Pemda harus memberikan
tunjangan kelebihan jam mengajar. Jangan sampai guru mengajar dua mata
pelajaran tapi tunjangannya satu.
Anas
mengakui, kondisi kekurangan guru masih ditemui beberapa daerah di Indonesia.
Kekurangan tersebut ada di beberapa mata pelajaran tertentu, seperti geografi
dan sosiologi. Selain itu, jumlah guru untuk SMK juga masih kurang. Khusus
untuk kekurangan guru di SMK itu, Anas mengatakan hal itu diatasi dengan
mendatangkan guru praktisi dan bantuan guru honorer.
“Guru
produktif untuk SMK di beberapa provinsi belum cukup. Yang ngajar (SMK)
guru-guru honorer dan profesional, misalnya di SMK Kelautan,” tutur Anas.
Ia
menuturkan, jumlah guru untuk anak berkebutuhan khusus dan sekolah luar biasa
(SLB) juga masih kurang. Salah satu solusi yang ditempuh adalah melakukan kerja
sama dengan lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK). “Khususnya untuk
provinsi yang memiliki LPTK yang ada jurusan Pendidikan Luar Biasa,” terang
Anas. (esy/jpnn)