Satu
di antara tugas kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik. Untuk
melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan
konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman, at al; 2007).
Oleh
sebab itu, setiap Kepala sekolah harus
memiliki keterampilan teknikal berupa kemampuan menerapkan teknik-teknik
supervisi yang tepat dalam melaksanakan supervisi akademik. Teknik-teknik
supervisi akademik meliputi dua macam, yaitu:
individual dan kelompok (Gwyn, 1961).
Teknik
supervisi akademik ada dua, yaitu teknik supervisi individual dan teknik
supervisi kelompok.
1. Teknik
Supervisi Individual
Teknik
supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi perseorangan terhadap guru. Supervisor di
sini hanya berhadapan dengan seorang guru sehingga dari hasil supervisi ini
akan diketahui kualitas pembelajarannya.
Macam-macam teknik supervisi individual
Teknik supervisi individual ada lima macam yaitu:
a.
kunjungan kelas,
b.
observasi kelas,
c.
pertemuan individual,
d.
kunjungan antarkelas, dan
e.
menilai diri sendiri.
a. Kunjungan kelas
Kunjungan kelas
adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah untuk mengamati proses
pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk menolong guru dalam mengatasi
masalah di dalam kelas.
Cara melaksanakan
kunjungan kelas:
a.
dengan
atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu tergantung sifat tujuan dan
masalahnya,
b.
atas permintaan guru bersangkutan,
c.
sudah memiliki instrumen atau
catatan-catatan, dan
d.
tujuan kunjungan harus jelas.
Tahap-tahap kunjungan kelas ada empat tahap kunjungan kelas, di antaranya adalah sebagai
berikut :
a.
Tahap persiapan. Pada
tahap ini, supervisor merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi
selama kunjungan kelas.
b.
Tahap pengamatan selama
kunjungan. Pada tahap ini, supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran
berlangsung.
c.
Tahap akhir kunjungan. Pada
tahap ini, supervisor bersama guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan
hasil-hasil observasi.
d.
Tahap terakhir adalah
tahap tindak lanjut.
Kriteria kunjungan kelas. Dengan menggunakan enam kriteria yaitu:
a.
memiliki tujuan-tujuan
tertentu;
b.
mengungkapkan
aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru;
c.
menggunakan instrumen
observasi untuk mendapatkan data yang obyektif;
d.
terjadi interaksi antara pembina dan yang
dibina sehingga menimbulkan sikap saling pengertian;
e.
pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu
proses pembelajaran; dan
f.
pelaksanaannya diikuti dengan program tindak
lanjut.
2. Observasi Kelas
Observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara teliti di
kelas. Tujuannya adalah untuk memperoleh data obyektif aspek-aspek situasi pembelajaran,
kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran.
Aspek-aspek yang
diobservasi di dalam kelas
Secara umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah:
a.
usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam
proses pembelajaran,
b.
cara menggunakan media pengajaran
c.
variasi metode,
d.
ketepatan penggunaan media dengan materi
e.
ketepatan penggunaan metode dengan materi,
dan
f. reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar.
Pelaksanaan observasi kelas
Pelaksanaan observasi kelas ini melalui tahap:
a.
persiapan,
b.
pelaksanaan,
c.
penutupan,
d.
penilaian hasil
observasi; dan
e.
tindak lanjut. Supervisor: 1) sudah siap dengan instrumen observasi, 2) menguasai masalah dan tujuan supervisi, dan 3)
observasi tidak mengganggu proses pembelajaran.
3. Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar
pikiran antara supervisor guru. Tujuannya adalah:
a. memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan
yang dihadapi;
b. mengembangkan hal mengajar yang lebih baik;
c. memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru; dan
d. menghilangkan atau menghindari segala prasangka.
Jenis-jenis pertemuan individual
Swearingen (1961) mengklasifikasi empat jenis pertemuan (percakapan)
individual sebagai berikut :
a. classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di dalam kelas ketika
murid-murid sedang meninggalkan kelas (istirahat).
b. office-conference. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah
atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang dapat
digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru.
c. causal-conference. Yaitu percakapan
individual yang bersifat informal, yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu
dengan guru
d. observational visitation. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan setelah supervisor
melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas.
Pelaksanaan pertemuan individual
Supervisor harus berusaha mengembangkan segi-segi positif guru, mendorong
guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, memberikan pengarahan, dan melakukan
kesepakatan terhadap hal-hal yang masih meragukan.
4. Kunjungan
Antar Kelas
Kunjungan antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain
di sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dalam
pembelajaran.
Cara-cara
melaksanakan kunjungan antar kelas adalah sebagai berikut :
a.
harus direncanakan;
b.
guru-guru yang akan dikunjungi harus
diseleksi;
c.
tentukan guru-guru yang akan mengunjungi;
d.
sediakan segala fasilitas yang diperlukan;
e.
supervisor hendaknya
mengikuti acara ini dengan pengamatan yang cermat;
f.
adakah tindak lanjut setelah kunjungan antar kelas
selesai, misalnya dalam bentuk percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian
tugas-tugas tertentu;
g.
segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas
guru bersangkutan, dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi;
h.
adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan
kunjungan antar kelas berikutnya.
5. Menilai
Diri Sendiri
Menilai diri adalah
penilaian diri yang dilakukan oleh diri sendiri secara objektif. Untuk maksud
itu diperlukan kejujuran diri sendiri.
Cara-cara
menilai diri sendiri adalah sebagai berikut :
a. Suatu daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-murid
untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas. Biasanya disusun dalam bentuk
pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka, dengan tidak perlu menyebut
nama.
b. Menganalisa tes-tes terhadap unit kerja.
c. Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka bekerja
secara individu maupun secara kelompok.
6. Supervisi
Kelompok
Teknik supervisi
kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada
dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan,
memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama
dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama.
Kemudian kepada
mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan
yang mereka hadapi. Menurut Gwynn (1961), ada tiga belas teknik supervisi
kelompok yaitu:
a.
kepanitiaan-kepanitiaan,
b.
kerja
kelompok,
c.
laboratorium
dan kurikulum,
d.
membaca
terpimpin,
e.
demonstrasi
pembelajaran,
f.
darmawisata,
g.
kuliah/studi,
h.
diskusi
panel,
i.
perpustakaan,
j.
organisasi
profesional,
k.
buletin
supervisi,
l.
pertemuan
guru,
m. lokakarya atau
konferensi kelompok
Tidak satupun di antara teknik-teknik supervisi individual atau kelompok
di atas yang cocok atau bisa diterapkan untuk semua pembinaan guru di sekolah.
Oleh sebab itu, seorang kepala sekolah harus mampu menetapkan teknik-teknik
mana yang sekiranya mampu membina keterampilan pembelajaran seorang guru.
Untuk menetapkan
teknik-teknik supervisi akademik yang tepat tidaklah mudah. Seorang kepala
sekolah, selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yang akan
dibina, juga harus mengetahui karakteristik setiap teknik di atas dan sifat
atau kepribadian guru sehingga teknik yang digunakan betul-betul sesuai dengan
guru yang sedang dibina melalui supervisi akademik.
Sehubungan dengan
kepribadian guru, Lucio dan McNeil (1979) menyarankan agar kepala sekolah
mempertimbangkan enam faktor kepribadian guru, yaitu kebutuhan guru, minat
guru, bakat guru, temperamen guru, sikap guru, dan sifat-sifat somatic guru.