Supervisi klinis dapat dianalogikan dengan istilah klinis dalam dunia
kesehatan yang menunjuk pada suatu tempat untuk berobat. Seorang pasien datang
ke klinis bukan karena diundang dokter melainkan karena ia membutuhkan
pengobatan agar sembuh dari penyakitnya.
Selanjutnya, dokter mengadakan diagnosis dan resep untuk mengobati
penyakit pasiennya. Dalam dunia sekolah, guru datang sendiri menemui kepala
sekolah.
Berikut Perbedaan
Pokok Supervisi Tradisional dengan Supervisi Klinis Ditinjau dari Pendekatannya,
selengkapnya silahkan dilihat pada tabel di bawah ini :
No
|
Supervisi
Tradisional (Preskriptif)
|
Supervisi
Klinis (Kolaboratif)
|
1
|
Supervisor bertindak sebagai inspektur yang
harus mengamankan peraturan yang berlaku.
|
Supervisor
bertindak sebagai mitra atau rekan kerja guru.
|
2
|
Supervisor menganggap dirinya sebagai
seorang ahli dan memiliki rasa super jika dibanding dengan guru yang
disupervisi.
|
Supervisor dan guru yang disupervisi
mempunyai derajat keahlian yang sama.
|
3
|
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
preskriptif (membandingkan apa yang diobservasi dengan apa yang dijadikan
model).
|
Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan inkuiri (mencoba menemukan dan memahami apa yang
dilakukan guru)
|
4
|
Supervisor lebih berkuasa dari guru yang
disupervisi dalam kegiatan diskusi sebelum dan sesudah observasi
|
Diskusi dilaksanakan sebagai tindak lanjut
dari pengamatan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Diskusi bersifat
terbuka dan objektif.
|
5
|
Supervisi
bertujuan untuk menjamin agar metode yang ditetapkan diterapkan secara benar
|
Supervisi
bertujuan untuk membantu mengembangkan profesionalitas guru melalui
kegiatan-kegiatan reflektif.
|
Terdapat
perbedaan antara supervisi non-klinis dengan supervisi klinis sebagai berikut
(La Sulo, 1988:9) :