Seperti
telah diuraikan di atas bahwa penilaian formatif adalah penilaian yang
dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat
keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Penilaian formatif
berorientasi pada proses, yang akan memberikan informasi kepada guru apakah
program atau proses belajar mengajar masih perlu diperbaiki. Jenis penilaian
ini yang dapat digunakan guru sebagai suatu kegiatan reflektif pembelajaran,
sesuai dengan fungsinya bahwa penilaian formatif dapat digunakan untuk melihat
keberhasilan proses pembelajaran dan bisa memberikan informasi apakah
pembelajaran perlu perbaikan atau tidak. Dengan kata lain penilaian formatif
dapat digunakan sebagai bahan reflektif pembelajaran untuk mendeteksi kesulitan
belajar yang disebabkan oleh faktor pedagogis.
Kesulitan
belajar yang disebabkan oleh faktor pedagogis adalah kesulitan belajar siswa,
yang sering dijumpai adalah faktor kurang tepatnya guru mengelola pembelajaran
dan menerapkan metodologi. Misalnya guru masih kurang memperhatikan kemampuan
awal yang dimiliki siswa, guru langsung masuk ke materi baru. Ketika terbentur
kesulitan siswa dalam pemahaman, guru mengulang pengetahuan dasar yang
diperlukan.
Kemudian
melanjutkan lagi materi baru yang pembelajarannya terpenggal. Jika ini
berlangsung dan bahkan tidak hanya sekali dalam suatu tatap muka, maka akan
muncul kesulitan umum yaitu kebingun \gan karena tidak terstrukturnya bahan
ajar yang mendukung tercapainya suatu kompetensi. Ketika menerangkan
bagian-bagian bahan ajar yang menunjang tercapainya suatu kompetensi bisa saja
sudah jelas, namun jika secara keseluruhan tidak dikemas dalam suatu struktur
pembelajaran yang baik, maka kompetensi dasar dalam penguasaan materi dan
penerapannya tidak selalu dapat diharapkan berhasil.
Dengan
kata lain, struktur pelajaran yang tertata secara baik akan memudahkan siswa,
paling tidak mengurangi kesulitan belajar siswa. Kejadian yang dialami siswa
dan sering muncul menurut guru adalah: “Ketika dijelaskan mengerti, ketika
mengerjakan sendiri tidak bisa”.
Jika
guru menanggapinya hanya dengan menyatakan: memang hal itu yang sering
dikemukakan siswa kepada saya, berarti guru tersebut tidak merasa tertantang
profesionalismenya untuk mencari penyebab utama, menemukan, dan mengatasi
masalahnya. Kesulitan itu dapat terjadi karena guru kurang memberikan latihan
yang cukup di kelas dan memberikan bantuan kepada yang memerlukan, meskipun ia
sudah berusaha keras menjelaskan materinya.
Hal
ini terjadi karena guru belum menerapkan hakekat belajar, yaitu bahwa belajar
hakekatnya berpikir dan mengerjakan. Berpikir ketika mendengarkan penjelasan
guru, mempunyai implikasi bahwa tanya jawab merupakan salah satu bagian penting
dalam belajar. Dengan tanya jawab ini proses diagnosis telah diawali. Ini
berarti diagnostic teaching, pembelajaran dengan senantiasa sambil mengatasi
kesulitan siswa telah dilaksanakan dan hal ini yang dianjurkan.
Secara
umum, cara guru memilih metode, pendekatan dan strategi dalam pembelajaran akan
berpengaruh terhadap kemudahan atau kesulitan siswa dalam belajar siswa.
Perasaan lega atau bahkan sorak sorai pada saat bel berbunyi pada akhir jam pelajaran
matematika adalah salah satu indikasi adanya beban atau kesulitan siswa yang
tak tertahankan. Jika demikian maka guru perlu introspeksi pada system
pembelajaran yang dijalankannya, bentuk instrospeksi sebaiknya berupa kegiatan
reflektif dengan menganalisis hasil tes formatif yang telah dilaksanakan.