Dalam
proses mengajar belajar, penguasaan seorang guru dan cara menyampaikannya
merupakan syarat yang sangat essensial. Penguasaan guru terhadap materi
pelajaran dan pengelolaan kelas sangatlah penting, namun demikian belum cukup
untuk menghasilkan pembelajaran yang optimal.
Selain menguasai materi guru
sebaiknya menguasai tentang teori-teori belajar, agar dapat mengarahkan peserta
didik berpartisipasi secara intelektual dalam belajar, sehingga belajar menjadi
bermakna bagi siswa. Hal ini sesuai dengan isi lampiran Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru yang menyebutkan bahwa penguasaan
teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik menjadi salah satu
unsur kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru.
Terdapat
dua aliran teori belajar, yakni aliran teori belajar tingkah laku (behavioristic) dan teori belajar
kognitif. Teori
belajar adalah teori yang mempelajari perkembangan intelektual (mental)
individu (Suherman, dkk: 2001: 30).
Di dalamnya terdapat dua hal, yaitu 1)
uraian tentang apa yang terjadi dan diharapkan terjadi pada intelektual; dan 2)
uraian tentang kegiatan intelektual anak mengenai hal-hal yang bisa dipikirkan
pada usia tertentu. Teori belajar tingkah laku dinyatakan oleh Orton (1987: 38)
sebagai suatu keyakinan bahwa pembelajaran terjadi melalui hubungan stimulus
(rangsangan) dan respon (response). Berikut dipaparkan teori belajar tingkah laku yaitu teori belajar dari Pavlov.
Pavlov
terkenal dengan teori belajar klasik. Pavlov mengemukakan konsep pembiasaan (conditioning). Terkait dengan kegiatan
belajar mengajar, agar siswa belajar dengan baik maka harus dibiasakan.
Misalnya, agar siswa mengerjakan soal pekerjaan rumah dengan baik, biasakanlah
dengan memeriksanya, menjelaskannya, atau memberi feed back terhadap hasil pekerjaannya.