Universitas
Padjadjaran (Unpad) Bandung menggratiskan biaya kuliah seluruh mahasiswa
Fakultas Kedokteran (FK) sampai lulus.
Rektor
Unpad Tri Hanggono Achmad lantas membeber hitung-hitungan biaya sehingga biaya
kuliah dokter di kampusnya bisa digratiskan.
’’Pembebasan
atau beasiswa ini berlaku untuk seluruh mahasiswa FK tahun masuk 2016 ini.
Kuotanya ada 250 orang,’’ katanya saat dihubungi kemarin (26/1). Selain
mahasiswa kedokteran, beasiswa ini juga untuk mahasiswa dokter spesialis.
Tri
Hanggono menuturkan biaya kuliah FK yang digratiskan itu sesuai dengan uang
kuliah tunggal (UKT). Di dalam tabel UKT biaya kuliah kedokteran sebesar Rp. 13
juta per semester atau Rp. 26 juta per tahun. Dengan lama studi sampai siap
praktek selama lima tahun, maka biayanya Rp. 130 juta per mahasiswa.
Dengan
demikian, untuk membiayai kuliah seluruh mahasiswa FK dalam satu angkatan
sampai tamat atau siap berpraktek, dibutuhkan duit Rp 32,5 miliar. Untuk ukuran
kampus negeri papan atas, anggaran senilai Rp 32,5 miliar tidak terlalu besar.
Sebagai perbandingan dana bantuan operasional (BOPTN) di Universitas Indonesia
(UI) saja, mencapai Rp 220 miliar per tahun.
Rektor
kelahiran Bandung, 22 September 1962 itu
mengatakan kebijakan pemberian beasiswa atau penggratisan biaya kuliah di FK
bukan keputusan dadakan.
’’Kita
menggodoknya sejak 2012 lalu,’’ katanya. Tetapi memang baru diumumkan sekarang,
agar calon mahasiswa yang memilih FK Unpad tidak kaget.
Tri
Hanggono mengatakan syarat untuk bisa masuk FK Unpad harus teken kontrak
penempatan praktek saat menjadi dokter profesional nanti. Aturan ini berlaku
untuk mahasiswa jalur SNM PTN maupun SBM PTN.
Penandatangan
kontrak itu merupakan wujud komitmen dari pembebasan biaya kuliah kedokteran.
Penempatannya nanti akan disebar di wilayah Provinsi Jawa Barat bagian selatan.
’’Di sana masih kekurangan dokter,’’ katanya.
Pria
yang terpilih menjadi rektor pada 12 Februari 2015 itu mengatakan sebagai
kampus negeri badan hukum (PTN BH), Unpad diberi keleluasaan untuk mencari
sumber keuangan. Nah untuk urusan biaya kuliah di FK, Tri Hanggono mengatakan
tidak lagi menggunakan sumber pendanaan dari SPP mahasiswa.
Sebagai
gantinya mereka membuka kerjasama dengan banyak pihak. Termasuk diantaranya
oleh pemda yang nantinya menjadi titik penempatan dosen profesional lulusan
Unpad. Motivasi besar yang ditanamkan Unpad dalam program ini adalah kuliah
kedokteran tidak semata dipandang sebagai investasi. Dimana nantinya jika sudah
menjadi dokter, ingin mengembalikan biaya kuliah melalui jasa medis.
Menteri
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir
mengapresiasi inovasi Unpad tersebut. Dia mengatakan urusan kuliah dokter,
sejatinya bukan semata pada biaya saja.
’’Yang
perlu diperhatikan juga, mahasiswa kedokteran setelah jadi dokter tidak mau
kembali ke kampung halamannya. Ini masalah,’’ katanya di komplek Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) kemarin.
Nasir
mengatakan ke depan kerjasama antara kampus FK dengan pemerintah daerah asal
mahasiswa juga perlu dibangun. Mantan rektor Universitas Diponegoro (Undip)
Semarang itu berharap, muncul gerakan dari pemda-pemda untuk mengikat putra
daerah yang kuliah dokter.
Ikatan
itu bisa berupa bantuan biaya pendidikan FK sampai tamat. Sebagai imbal
baliknya, mereka harus siap mengabdi di daerahnya. Efek dari rangkaian ini
tidak hanya membuat mahasiswa FK tidak terbebani biaya kuliah yang cukup mahal.
Tetapi juga mengatasi kekurangan dokter di sejumlah daerah terpencil.
Ketika
menjadi rektor dulu, Nasir juga pernah memberikan beasiswa gratis untuk
mahasiswa FK dan teknik. Caranya hampir mirip dengan yang dilakukan oleh Unpad.
Yaitu memanfaatkan sumber pendanaan lainnya. Dia optimis kampus-kampus lainnya
juga bisa seperti Unpad. (wan/agm)
Sumber
: http://www.jpnn.com