Di dalam puisi, juga penyair dapat menggunakan
idiom, pepatah, majas, atau peribahasa dalam mengungkapkan sesuatu secara
implisit. Ini dilakukan agar puisi memiliki cita rasa tersendiri dengan
penggunaan kata berjiwa atau stilistika sehingga pembaca atau pendengar
memiliki rasa ingin tahu kandungan makna yang tersembunyi dalam sebuah puisi
atau hal yang sesungguhnya ingin diungkapkan penyair lewat puisinya.
Dalam pandangan awam puisi memang harus mengandung
daya tarik atau kemisterian.
Seorang kritikus sastra mengatakan puisi bukanlah
susunan kata-kata yang membentuk baris dan bait melainkan sesuatu yang
terkandung di dalam kata, baris, dan bait itu.
Contoh puisi yang menggunakan simbol atau ungkapan:
DI MEJA MAKAN
Ia makan nasi dan isi hati
Pada mulut terkunyah duka
Tatapan matanya pada lain isi meja
Lelaki muda yang dirasa
Tidak lagi dimilikinya.
Ruang diributi jerit dada
Sambal tomat pada mata
Meleleh air racun dosa.
............
(W.S. Rendra)