Puisi modern tidak terlalu mementingkan bentuk fisik
atau tipografi tertentu. Sebuah uraian disebut puisi meskipun bentuknya mirip
prosa tidak berbentuk bait atau baris, tetapi mengandung pengertian yang dalam
dari sekadar ungkapan bahasanya, seperti contoh puisi atau sajak Sapardi Djoko
Damono di bawah ini.
AIR SELOKAN
“Air yang di selokan itu mengalir dari rumah sakit,”
katamu pada suatu hari Minggu pagi.
Waktu itu kau berjalan-jalan bersama istrimu yang
sedang mengandung ia hampir muntah karena bau sengit itu.
Dulu di selokan itu mengalir pula air yang digunakan
untuk memandikanmu waktu kau lahir: campur darah dan amis baunya.
Kabarnya tadi sore mereka sibuk memandikan mayat di
kamar mati.
*
Senja ini ketika dua orang anak sedang berak di tepi
selokan itu, salah seorang tiba-tiba berdiri dan menuding sesuatu:
“Hore, ada nyawa lagi terapung-apung di air itu—alangkah
indahnya!”
Tetapi kau tak mungkin lagi menyaksikan yang
berkilau-kilauan hanyut di permukaan air yang anyir baunya itu, sayang sekali,