Erick
Homburger Erickson merupakan tokoh teori psikoanalitik kontemporer. Dia
merumuskan kembali prinsip-prinsip Freud untuk memahami dunia modern.
Uraian-uraiannya dikritik menyimpang dari isi dan semangat Psikoanalisa.
Erikson merasa dirinya sebagai penganut psikoanalisa Freudian, dan lebih suka
disebut sebagai seorang post-Freudian.
Teori
Erikson dikatakan sebagai salah satu teori yang sangat selektif karena
didasarkan pada tiga alasan. Pertama,
Teorinya sangat representatif dikarenakan memiliki kaitan atau hubungan dengan
ego yang merupakansalah satu aspek yang mendekati kepribadian manusia. Kedua, Menekankan pada pentingnya
perubahan yangterjadi pada setiap tahap perkembangan dalam lingkaran kehidupan.
Ketiga, Menggambarkan secara
eksplisit mengenai usahanya dalam mengabungkan pengertian klinik dengan sosial
dan latarbelakang yang dapat memberikan kekuatan/kemajuan dalam Perkembangan kepribadian
di dalam sebuah lingkungan.
Teori
Erikson terkait dengan perkembangan-perkembangan yang berarti pada kehidupan
seseorang. Teori Erikson merupakan teori psikososial, teori yang terkait dengan
perkembangan yang berarti dari lahir-mati. Tahap-tahap kehidupan seseorang
dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial. Ada hubungan/kecocokan timbal balik
antara individu dengan lingkungan. Teori Erikson menjangkau masa tua,
teori-teori lain hanya membahas sampai masa dewasa. Pandangan Erikson/teori
Psikososial tentang Perkembangan yaitu bahwa perkembangan berlangsung melalui
tahap-tahap. Ada 8 tahap perkembangan : 4 pada masa kanak-kanak, 1 pada masa
adolesen, 3 pada masa dewasa dan masa tua.
Setiap
anak mempunyai jadwal sendiri untuk melewatinya. Dalam perkembangan ada prinsip
epigenetic di mana semua tahap
perkembangan ikut membentuk seluruh pribadi, seperti prinsip yang ada pada
embriologi. Tahap perkembangan berdasar kualitas dasar ego yang muncul pada
masing-masing tahap. Teori psikososial mengacu pada psikologi ego yang dikemukakan oleh Freud,
namun ada perbedaannya. Menurut Freud, ego adalah eksekutif seluruh
kepribadian, sedangkan menurut Erikson, ego mempunyai posisi otonom).
Dalam
paparannya tentang tahapan perkembangan, Erikson menekankan pada tahap ke 5 (adolesen)
terkait dengan masa peralihan anak-anak ke dewasa, merupakan masa penting bagi
kepribadian dewasa, terkait dengan identitas, krisis identitas, kekacauan
identitas dan identitas negative.
Tahap-tahap Perkembangan
Kepribadian Anak Menurut Erick Homburger Erickson
1.
Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs
Kecurigaan, 0-1 tahun)
Kepercayaaaan Vs
kecurigaan. Kepercayaan (trust)
terbentuk selama tahap sensorik awal. Ditunjukkan lewat rasa aman yang
dimiliki, dan diperoleh dari hasil hubungan yang aman & nyaman dengan
lingkungan. Sedangkan kecurigaan (mistrust),
merupakan sisi lain dari rasa aman & nyaman. Kepercayaan & kecurigaan
menumbuhkan pengharapan. Anak belajar menepis kekecewaan & menemukan
pengharapan. Sisi negatifnya adalah kultus/pemujaan terhadap pahlawan, yang
berlebihan.
2.
Autonomy vs Shame,
Doubt
(Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu, 1-3 tahun)
Otonomi vs perasaan
malu & keragu-raguan. Ini merupakan tahap kedua kehidupan, tahap muscular anal dalam psikoseksual. Anak
mempelajari yang diharap dari dirinya, kewajiban, hak & pembatasan. Hal itu
mendorong anak mengontrol diri sendiri dan menerima kontrol dari orang lain.
Rasa kehilangan kontrol diri menyebabkan perasaan malu-malu dan ragu-ragu.
Kemauan merupakan hal yang muncul pada tahap ke dua, dan muncul bersumber pada
latihan & contoh/model dari lingkungan. Kemauan membuat anak menerima peraturan,
hukum & kewajiban.
3.
Initiative vs Guilt (Inisiatif vs
Kesalahan, 4-5 tahun)
Inisiatif vs
Kesalahan. Tahap ini sama dengan tahap lokomotor-genital. Anak menampilan diri,
berorientasi pada tujuan.
4.
Industry vs
Inferiority
(Kerajinan vs Inferioritas / rendah diri, 6-11 tahun)
Kerajinan Vs inferioritas. Dalam skema Freud,
sama dengan masa laten. Anak mulai menempuh pendidikan formal, mulai
mengembangkan sikap rajin, perhatian mulai berpindah dari kegiatan bermain ke
situasi-situasi produktif, dan nilai kompetensi muncul pada tahap ini.
5.
Identity vs Identity
Confusion
(Identitas vs Kekacauan Identitas, 12-10 tahun)
Identitas vs
kekacauan identitas. Pada masa adolesen, individu mulai merasakan identitasnya, merasa sebagai individu yang
unik & siap berperan di masyarakat. Ego merupakan daya penggerak batin
dalam pembentukan identitas. Masa peralihan yang sulit, akan menumbuhkan
kekacauan identitas. Pada masa remaja, nilai kesetiaan berkembang, ritualisasi
yang menyertai adalah ritualisasi ideologi.
6.
Intimacy vs Isolation (Keintiman vs
Isolasi, 21-40 tahun)
Keintiman vs Isolasi.
Orang-orang dewasa awal (young adults)
siap dan ingin menyatukan identitasnya dengan orang lain, mendambakan hubungan
yang akrab-intim, dan persaudaraan, siap mengembangkan daya-daya untuk memenuhi
komitmen meski harus berkorban. Bahaya tahap keintiman adalah isolasi,
kecenderungan menghindari hubungan karena orang tidak mau melibatkan diri dalam
keintiman, nilai cinta muncul selama tahap keintiman. Ritualisasi tahap ini
adalah afiliatif, berbagi bersama dalam pekerjaan, persahabatan, dan cinta.
7.
Generativity vs
Stagnation
(Generativitas vs Stagnasi, 41-65 tahun)
Generativitas vs
stagnasi. Ciri generativitas adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan
(keturunan, ide-ide, produk-produk, dsb). Perhatian terhadap pembentukan dan
penetapan pedoman untuk generasi-generasi mendatang. Nilai pemeliharaaan (care) berkembang dalam tahap ini.
Pemeliharaan terungkap lewat kepedulian pada orang lain, pemeliharaan anak,
meneladani, dsb. Generativitas yang lemah/tidak diungkapkan akan menumbuhkan
pemunduran dan pemiskinan, mendorong
munculnya stagnasi. Ritualisasi tahap ini adalah sesuatu yang
generasional, peranan-peranan orang dewasa sebagai penerus nilai-nilai ideal.
8.
Ego Integrity vs
Despair
(Integritas vs Keputusasaan, +65 tahun)
Integritas vs
keputusasaan. Integritas adalah kondisi setelah melaksanakan pemeliharaan,
penyesuaian terhadap keberhasilan dan kegagalan yang dialami. Orang yang
mencapai integritas akan menyadari berbagai gaya orang lain, dan tetap mempertahankan
serta bangga dengan gaya hidupnya sendiri. Lawan integrasi adalah keputusasaan
dalam menghadapi kehidupan. Kebijaksanaan adalah nilai yang berkembang dari
persesuaian antara integritas dan keputusasaan dalam menghadapi kehidupan.
Ritualisasi usia lanjut disebut integral yang tercermin dalam kebijaksanaan
segala jaman. Ritualismenya adalah sapientisme, kedunguan dengan berpura-pura
bijaksana.
Konsep baru ego dari
Erikson
Tipe
ego Erikson sering disebut sebagai ego kreatif, sedang konsep ego Freud
digolongkan sebagai ego defensive. Menurut Erikson, ego berkembang berkat
konflik dan krisis. Sedang Freud memandang ego sebagai eksekutif kepribadian
yang memuaskan impuls id, mengatasi keadaan darurat sosial dan fisik dunia
luar, serta berusaha norma-norma perfeksionistik superego. Identitas ego yang
baru menurut Erikson berpijak pada aspek faktualitas, kesadaran akan kenyataan
dan aktualitas.