Anggapan
bahwa website sebagai jendela pertama untuk mengetahui sebuah lembaga tentunya
tak disanggah lagi. Namun tak sekedar itu, bila website dikelola oleh lembaga
pemerintahan, media ini juga disebut sebagai pelayan masyarakat. Humas
pemerintahan seyogyanya mewadahi kebutuhan masyarakat ke dalam dunia viral.
Lantas,
bagaimana cara mewadahi kebutuhan masyarakat secara tepat yang berbasis media
online? Focus Group Discussion (FGD)
bertemakan “Membuat Website Instansi Pemerintah yang Menarik dan Informatif”
menguak informasi tersebut.
Kegiatan
ini diselenggarakan Asisten Deputi Hubungan Masyarakat dengan mengundang 25
unit kerja di lingkungan Kementerian Sekretariat Negara, Rabu, 24 Februari
2016, di Ruang Rapat Aspirasi Lt.2, Gedung Kemensetneg Sayap Timur, Jakarta.
Ada
berbagai pendekatan yang dapat digunakan untuk mengelola website agar lebih
berguna. Arianto Bigman, salah seorang Pakar bidang Digital dan Creative Collaborator, memaparkan
pendekatan Groundwell sebagai fondasi yang komprehensif dalam mengelola
website.
“Penentuan
pendekatan ini melalui banyak riset dan banyak yang menggunakannya,” tutur
Arianto yang juga berprofesi sebagai Managing Director Gopher Indonesia.
Penerapan
pendekatan ini dimulai dari poin ‘people’,
untuk menilai sejauh mana dan apa kebutuhan yang penting bagi stakeholder di
sebuah lembaga terkait. Lalu, poin “objective”,
untuk menentukan citra utama dari sebuah instansi yang ditampilkan dalam sebuah
website. Selain itu, seperti yang dicontohkan Arianto, website www.setneg.go.id
pada poin ini, menjalankan fungsi sebagai media edukasi, juga wadah informasi
publik.
Informasi
tersebut lalu dituangkan dalam tahap ‘strategy’,
dalam menentukan sejauh mana dampak yang sebenarnya ingin dihasilkan melalui
sebuah website, apakah sekedar media informasi atau ada aksi setelah melihat
informasi dari website. Lalu menentukan ‘technology’
sebagai tahapan terakhir dalam mewadahi informasi yang telah dikelola dan
menganalisis seberapa pentingnya teknologi tersebut digunakan, baik itu berupa
website, media sosial, dan sebagainya.
Tak
melulu soal itu, sebab membuat sebuah website dengan strategi yang telah
diatur, juga mesti mudah ditemukan oleh pengunjung dunia maya. Itu dilakukan
dengan SEO Content Machine, atau
manajemen konten agar dapat tercatat di dunia maya. “Aliran trafik agar membuat
lebih banyak publik menerima informasi dan dengan mudah teredukasi lewat apa
saja yang telah kita tulis,” ujar Arianto.
Lebih
jauh, agar informasi dalam website dapat seutuhnya bermanfaat bagi masyarakat,
maka perlu untuk mengetahui posisi masyarakat secara lebih konkret, yang dapat
diulas melalui sudut pandang UX atau user
experience. “UX tidak hanya melihat apa yang dirasakan tetapi siapa yang
merasakan, juga bagaimana hal itu dilihat ketika mereka berinteraksi dengan brand touch poin,” terang Larisa
Sitorus, seorang User Researcher and
Participatory Design Facilitator, yang juga hadir selaku pembicara.
Untuk
menerapkan itu, dilakukan riset dengan berbagai tahap, agar dapat mengetahui
kebutuhan pengguna website dengan lebih jelas. “Mendesain UX yang baik bukan
hanya sekali jalan. Desain yang baik harusnya menyentuh pengguna hingga
beberapa kali,” tuturnya.
FGD
diakhiri dengan sharing pengalaman dari Bagian Pemberitaan dan Publikasi Komisi
Pemberantasan Korupsi dalam mengelola konten dan insfrastruktur website KPK.
Sebagaimana diketahui, website KPK yang berhasil memperoleh peringkat pertama
kompetisi website antara lain Anugerah Media Humas 2015 dan Paramadina. Kunci
keberhasilan KPK terletak dari adanya visi yang jelas, strategi yang matang,
tim kerja yang solid, kreatifitas SDM yang tinggi, koordinasi antar bagian di
KPK yang baik, dan motivasi yang kuat dari para pegawainya.
Pemaparan
dan diskusi pada FGD kali ini, nantinya akan dijadikan acuan dalam melakukan
re-design, mapping site, dan mengelola website www.setneg.go.id. Kegiatan ini
dihadiri berbagai unit kerja di lingkungan Kemensetneg yang berperanan
memberikan dukungan kontribusi konten untuk dimuat di website Kemensetneg.
(Humas Kemensetneg)