Prosa ialah karya sastra yang berbentuk cerita yang
bebas, tidak terikat oleh rima, irama, dan kemerduan bunyi seperti puisi.
Bahasa prosa seperti bahasa sehari-hari. Menurut isinya, prosa terdiri atas
prosa fiksi dan nonfiksi.
Prosa fiksi ialah prosa yang berupa cerita rekaan
atau khayalan pengarangnya. Isi cerita tidak sepenuhnya berdasarkan pada fakta.
Prosa fiksi disebut juga karangan narasi
sugestif/imajinatif. Prosa fiksi berbentuk cerita pendek (cerpen), novel, dan
dongeng.
1.
Cerpen adalah cerita rekaan yang pendek dalam arti
hanya berisi pengisahan dengan fokus pada satu konflik saja dengan tokoh-tokoh yang
terbatas dan tidak berkembang. Alur cerita sederhana hanya memaparkan
penyelesaian konflik yang diungkapkan.
2.
Novel berasal dari bahasa Italia, novella yang
berarti barang baru yang kecil. Kemudian, kata tersebut menjadi istilah sebuah
karya sastra dalam bentuk prosa. Novel lebih panjang isinya dari pada cerpen.
Konflik yang dikisahkannya lebih luas. Para tokoh dan watak tokoh pun lebih
berkembang sampai mengalami perubahan nasib. Penggambaran latar lebih detail.
Bersamaan dengan perjalanan waktu terjadi perubahan-perubahan hingga konflik terselesaikan.
3.
Dongeng adalah cerita rekaan yang sama dengan cerpen
atau novel. Hanya di dongeng, cerita yang dikisahkan adalah tentang hal-hal
yang tak masuk akal atau tak mungkin terjadi. Misalnya, orang dapat menjelma
jadi binatang, binatang dapat berkata-kata, dan sebagainya. Dongeng biasanya
menjadi sarana penyampaian nasihat tentang moral atau bersifat alegoris. Contoh
dongeng: Kancil dan Buaya, Jaka dan Pohon Kacang Ajaib, Eneng dan Kaos Kaki
Ajaib, dan lain-lain.
Contoh cerita berbentuk dongeng adalah sebagai
berikut :
BAYANGAN DI CERMIN
Di sebuah pulau terpencil, jauh di tengah lautan,
tinggallah sepasang suami istri dengan rukun dan damai, tidak pernah mengalami persengketaan.
Namun pada suatu senja, ketika sang suami kembali dari laut, ia menemukan
sepotong cermin terletak di pantai. Diambilnya cermin itu, dan alangkah heran
hatinya melihat bayangan manusia di dalamnya. Inilah agaknya ayahku yang
meninggal beberapa bulan yang lalu, pikirnya.
Cepat-cepat dia pulang ke rumah. Cermin itu
dibungkusnya lalu disimpannya di bawah bantal. Hal ini tidaklah diceritakannya
kepada istrinya.
Keesokan harinya, ketika istrinya membersihkan
tempat tidur, dia menemukan bungkusan itu. Alangkah kagetnya dia setelah
membukanya, dan menemukan ada seorang wanita di dalam benda yang dibungkus dengan
rapi itu.
Suamiku sudah berkhianat, pikirnya. Dulu dia
berjanji akan setia sampai mati. Rupanya sewaktu ke laut, dia mengambil
kesempatan mencari wanita lain.
Ketika suaminya pulang dari laut senja hari, dia
tidak menyambutnya dengan senyum seperti biasanya, tetapi dengan omelan. “Dulu
kamu mengatakan sayalah satu-satunya wanita di dalam hidupmu. Kamu berjanji
setia sampai mati. Tetapi sekarang kamu punya wanita simpanan,” tuduhnya.
Suaminya kaget. Dia tidak mengerti apa maksud
istrinya. “Lha, ada apa ini? Mengapa kamu bilang saya punya simpanan?”
tanyanya. “Ini! Lihatlah!” teriak sang istri sambil menyerahkan cermin itu kepada
suaminya. Sang suami melihat ke dalam cermin, kemudian berkata, “Lihatlah baik-baik,
ini bayangan mendiang ayahku.”
“Ayahmu?” teriak istrinya sambil merebut kembali
cermin itu. Dia kembali melihat ke dalamnya, dan kembali terlihat bayangan
wanita. “Bohong! Ini wanita!” teriaknya. Dengan sabar sang suami datang
mendekat, sambil berkata, “Mari kita lihat bersama, dan kita buktikan bayangan
siapa yang ada di dalam benda ajaib itu.” Namun, alangkah bertambah kagetnya
mereka ketika melihat sekarang ada dua bayangan di dalam cermin itu, seorang
laki-laki dan seorang wanita.
Dalam kekagetan dan kebingungan itu, tiba-tiba
cermin itu terlepas dari tangan dan jatuh, lalu pecah berderai. Sekarang tidak
ada lagi bayangan laki-laki dan wanita. Dan mereka pun tidak bertengkar lagi. (Diceritakan
kembali oleh Letmiros dalam “Menulis Secara Populer” oleh Ismail Marahimin,
2001)